Klenteng Soetji Nurani Sejarah Pacinan Di Era Kolonial Belanda

Di kota banjarmasin banyak sekali dijumpai bangunan kuno yang hingga kini menghiasi kota. Mulai masjid, gereja, katerdral, pura, hingga klenteng. Terkait dengan klenteng, Kota Banjarmasin memiliki klenteng yang usianya lebih dari 1 abad. Namun tetap berdiri megah, indah, serta terjaga sampai saat ini di pinggir lalu lintas jalan veteran banjarmasin.

Klenteng Sen Sen Kung atau Klenteng Soetji Nurani dibangun pada tahun 1989 klenteng ini dibuat oleh para Jenderal China yang bernama The Sin Yoe dan Ang Lin Thay untuk berdagang melalui jalur laut ke Indonesia.

Klenteng Soetji Nurani memiliki barang-barang kuno yang masih terawat. Seperti patung, guci, tempat sembahyang dan cawan-cawan yang terbuat dari kuningan. Beberapa peralatan tersebut, dulu langsung dibawa oleh para pendiri klenteng dari daratan China. Serta ada juga longceng yang biasa ditemukan di gereja serta bedug yang biasa digunakan umat Islam untuk menandakan waktu sholat.



Meskipun usianya sudah tua, namun hingga saat ini masih berdiri megah, indah serta terjaga keotentikannya sebagai tempat ibadah masyarakat tionghoa yang terletak di tepi sungai martapura.

Pendirian klenteng dimaksudkan untuk menjaga lingkungan (manusia dan alam dalam kawasan tersebut) dari datangnya nasib buruk. Karenanya, bangunan klenteng di pacinan, berdiri di persimpangan jalan.

Secara praktis, posisi klenteng di pertigaan berfungsi untuk menghadang sha yang dibawa dari sumbu jalan di depannya, yang terlihat dari posisi dua buah klenteng tersebut.

Harmonisasi dan dinamika masyarakat Cina di Banjarmasin membuat dua klenteng tersebut berfungsi sebagai klenteng besar. 

Comments