Religius dalam sebuah cerita


Kenapa ya kali ini saya ingin sekali berbicara mengenai agama padahal itu adalah hal yang sangat sensitif, sebenarnya kalau sudah berbicara mengenai agama pastinya akan menyangkut semua agama apapun yang sudah ada. Saya sendiri pengen bercerita ini karena saya sangat miris juga liat sekilas di internet yang selalu memperpanas suasana atau mengadu domba bahkan bukan domba lagi yg diadu melainkan banteng yang sangat sensitif dengan cara menjelek-jelekkan agama lain. Pernah sepintas saya melihat sebuah blog yang mengatasnamakan AgamaS**shblast atau sebutannya Tuhan S**sh itu sebenarnya apa yang ada di pemikiran si pembuat blog tersebut bahkan sampai artikel-artikelnya berisi nada-nada ejekan untuk agama lain bahkan termasuk agama saya sendiri. Meskipun begitu fans page yang like mencapai ribuan padahal di setiap comment berisi tentang cercaan kepada si pemilik blog, saya aj yg iseng-iseng buat fans page mengenal budaya jawa aja susah untuk cari like dari orang lain, padahal kalau dibandingkan sangat jauh tujuannya lebih positif yg saya buat saya rasa... *iri dikit gpp khan... J
Kembali ke permasalahan agama dari pada membicarakan blog orang mending saya berbicara tetang pemikiran saya saja. Meskipun saya bukan ahli agama tetapi saya ingin membuat sebuah pemikiran positif tentang pandangan kita terhadap keperayaan orang lain yang mungkin ada juga yang berpikiran negatif tapi itu no problem alias tidak masalah karena selama kita mau menerima dan melihat segala kebaikannya hidup kita akan tetap rukun dan damai.
Nie saya sedikit curcol pengalaman saya selama mondar mandir di facebook, kalau tidak salah di sebuah grup kalau bukan fans page di situ ada orang yang memposting artikel berita menyangkkut tentang agama ( sengaja tidak saya sebutkan inti judulnya yg masih saya ingat. ) nah  saya liat kok commentnya lmyn banyak ternyata di setiap commentnya ada yang setuju, ada pula yang tidak setuju bahkan ada yang saling mengejek sesama kepercayaan dan ada yang ikut-ikutan dari kepercayaan lain. Nah di situ saya mulai masuk untuk sekedar bercomment bukan untuk mendukung salah satu tapi membalas komentar orang yang sekiranya memperpanas suasana dengan kata-kata kasarnya setelah ikut-ikutan comment lagaknya penegak hukum J, saya sempat bercerita mengenai pengalaman saya yang saya ambil contoh di desa asli saya sendiri kali aja dapat menghentikan para komentar yang pada ga mau kalah, ada apa???
Saya sendiri beragama katolik dan di desa saya hanya ada 2 agama yaitu katolik dan muslim, selama 13 tahun saya tinggal di desa tersebut saya tidak pernah merasakan ada yang namanya konflik antar agama dan saya harap juga tidak ada, yang ada hanyalah kerukunan satu sama lain. Salah satunya jika pas musim kenduren atau ada acara di rumah salah seorang tetangga, semua warga di undang berkumpul bersama di dalam satu ruangan sambil minum teh, dsbnya. Ada saatnya untuk mendoakan yang punya rumah pada saat berdoa khan tidak mungkin campur antara katolik dan islam, nah salah satu pindah di tempat yang sudah disediakan oleh pemilik rumah atau berdampingan di satu ruangan dan mulai berdoa sesuai ajaran dan kepercayaannya. Setelah selesai berdoa baru bersatu lagi sesuai tempat yang didudukinya pada awal untuk makan bersama atau membagi-bagikan kenduren. Ataupun jika ada salah satu kegiatan penting di masjid atau di gereja salah satu terutama ulama atau perwakilan gereja di undang untuk memberikan sambutan.
Nah dari sedikit cerita itulah akhirnya untuk orang yang coment tersebut banyak yang menyambut baik dan coment dari provokator-provokator tidak pernah muncul sampai akhirnya berakhir di sini commentnya, tadi itu hanyalah sebagian contoh kerukunan yang bisa kita refleksikan sendiri antar agama saja bisa rukun kenapa kita tidak bisa melanjutkannya jadi marilah kita sama-sama berbicara baik dan jangan ada provokator, setelah saya lihat-lihat tidak ada lagi comment lanjutan.
Yang tadi itu sedikit cerita pengalaman saya di desa dan ada satu lagi pengalaman saya di sebuah jejaring sosial lama sebelum saya bercerita di atas. Nah pada waktu itu memang saya penasaran dan iseng-iseng saya tulis di jejaring sosial Sebenarnya seperti apa wajah Nabi Muhhamad? Karena saya pernah dengar ada berita orang menggambarkan wajah Nabi Muhhamad dan menuai banyak cercaan. Dari situlah ternyata banyak yang komentar juga dengan nada cercaan tetapi ada pula yang menjelaskan secara baik-baik  dan karena permintaan untuk menghapus status tersebut sangat banyak akhirnya saya hapus setelah mendapatkan banyak jawaban entah cercaan atau jawaban secara baik-baik. Ya karena memang itu aturan dan kepercayaan mereka jadi saya pikir ga usah sok tau lebih dalam karena saya sendiri tidak mempelajarinya dari awal dan sudah punya kepercayaan sendiri.
Setelah saya bercerita dg teman saya, bertukar pikiran. Memang benar itu tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata atau gambaran manusia. Karena menurut saya ga masalah juga kalau kita bisa mengenal agama satu sama lain supaya kita tidak mudah berpasangkan buruk dengan hal yang belum kita kenal. Setelah berbagi cerita ini itu saya ingat teman saya berbicara, menurut saya agama yang saya pegang adalah agama yang paling baik kalau agama lain saya tidak tau karena dari dulu yang saya pelajari dari awal ya agama saya ini karena memang dari dulu diajarkan kebaikan. Saya pun berpikir demikian karena dari dulu yang saya pelajari dari awal ya agama saya sekarang ini dengan diajarkan tentang kebaikan. Dan saya mengambil kesimpulan kalau teman saya saya berbicara agamanya baik menurut pandangan dia, dan saya juga berbicara baik berarti memang agama kita sama-sama baik, bukan berarti agama yang lainnya tidak baik juga tetapi karena contohnya memang ini. Sepertinya agak ribet untuk menjelaskan lebih detail karena saya juga bukan ahli agama, intinya semua kembali kepada diri kita masing-masing bagaimana kita berbuat baik sesuai dengan kepercayaan yang telah di ajarkan kepada kita karena meskipun cara doa kita berbeda-beda tetapi tujuannya adalah kepada yang diatas untuk meminta perlindungan dan bersyukur atas segala anugerah-anugerahNya. Selama kita mau belajar, membuka hati pastinya pemikiran-pemikiran negatif tidak akan pernah muncul. Kita mayoritas atau minoritas yang terpenting adalah komunitas untuk menjalin kebersamaan. Jangan malu atau malas untuk berbagi atau bertanya tentang segala sesuatu yang tidak kita tau terutama tentang pengetahuan agama kepada teman kita, tidak ada salahnya kita mengetahui sedikit pegetahuan tentang kepercayaan orang lain asalkan kita mau terbuka hati dan yang terpenting bukan malah memberikan informasi-informasi yang menyesatkan atau memaksa untuk berpindah agama atau kepentingan semata, apa yang sudah kita pelajari ada baiknya kita pertahankan, agama datang dari hati kita masing-masing.
Itulah sedikit cerita singkat yang mungkin bisa berguna, jika ada kata yang salah harap maklum karena tidak ada juga orang yang bisa selalu benar, yang terpenting kita ambil sisi positif dari setiap cerita di atas. Perbedaan itu ibarat pelangi yang bisa menjadikan keindahan.

Agak serius sedikit ga masalah khan untuk dibagikan? Sepertinya saya cerita nie ga terasa juga sudah sore apalagi ntar malam minggu waktunya bertemu sama sang bidadari yang turun dari pohon mangga...hehehehe J Sampai bertemu di cerita yang lain...
*padahal dari dulu ga laku-laku...wkwkwkwk

Comments