Pesan Hari Raya Waisak, Serukan Tali Persaudaraan dan Toleransi

Sekitar 2.000 umat Budha berkumpul di Vihara Sadariparibhuta, Megamendung, Bogor untuk memperingati Waisak 2559, Selasa (2/6). Dalam pesan waisak, ditekankan perlunya kembali mempererat persaudaraan setanah air untuk membangun Indonesia.

Peringatan Waisak ini sendiri dimulai sekitar pukul 09:30 WIB, para umat yang datang dari wilayah Bogor dan sekitarnya begitu khusuk beribadah pagi itu. Dalam prosesi tersebut para biksu berjalan sambil membawa rupa-rupa bunga hingga pelataran altar.

Dalam khotbahnya Pandita Utama Aiko Senosoenoto menekankan bahwa Waisak tidak hanya diperingati sebagai ritual sembayang saja melainkan dapat membagikan sukacitanya ke dalam kegiatan-kegiatan sosial.

“Saya merasa bangga kita bisa mengembangkan ciri khas umat Niciren Syosyu, yaitu tidak hanya mementingkan ritual sembahyang saja, namun juga bisa kerjasama dengan lingkungan sekitar. Saya dengar di berbagai daerah diselenggarakan kegiatan peduli sekitar kita. Saya berharap kegiatan ini bukan hanya dilakukan pada saat Waisak, tapi juga menjadi cara hidup kita sebagai umat Niciren Syosyu,” Katanya.

Pesan lainnya, yaitu membangun bangsa dengan bergotong-royong terutama dimana saat nasionalisme sangat kurang pada masa ini.

“Dengan demikian, kita bisa membangun impian bersama dengan seluruh rakyat Indonesia. Di zaman sekarang, nasionalisme rasanya semakin tipis karena adanya arus globalisasi. Oleh karena itu, kita bisa meneladani Buddha Sakyamuni yang berani meninggalkan istana demi mewujudkan impian besar-Nya,” ungkap.

Dan ia juga menambahkan, hendaknya kekuatan besar ini kita gunakan untuk membangun impian yang besar juga, untuk kebahagiaan banyak orang. Impian ini lebih luas dari sekedar impian kebahagiaan untuk keluarga sendiri.

“Hanya dengan impian yang besar dan hati yang besar, kita bisa mengatasi segala masalah di zaman modern ini. Mulai dari masalah korupsi, kawin-cerai, tawuran, dan lain sebagainya. Bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia, mari kita membangun Indonesia yang nantinya akan menjadi kebanggaan dunia,” tambahnya.

Lebih jauh Pandita Aiko juga merasa bersyukur apabila Waisak juga dapat diperingati sebagai hari libur nasional.

“Di Indonesia,Waisak dijadikan hari libur nasional. Hari libur ini merupakan bentuk penghargaan dari pemerintah, dan wujud toleransi dari umat beragama lainnya. Pada hari Waisak ini, sebagian besar rakyat Indonesia juga merelakan untuk meliburkan kegiatan ekonominya, sehingga kita semua bisa merayakan Waisak dengan tenang,” ungkapnya.

Sementara Wihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat yang berada di Kampung Jati Rt 002/06 Desa Tonjong Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor, ramai dikunjungi baik umat buddha maupun wisatawan.

Sejak pagi hari, para pengunjung di Vihara Buddha Dharma sudah didatangi umat buddha dan para wisatawan. Kedatangan mereka selain beribadah ada juga yang sekedar ingin melihat patung rupang Budha yang memiliki panjang 18 meter dan tinggi 5 meter.

Salah satu pengunjung, Silvi (35) mengaku baru pertama kali datang ke Vihara bersama keluarga besarnya. "Awalnya saya lihat di media sosial dan saya kira itu patung yang ada di Thailand atau Malaysia, namun ternyata itu di Bogor. Akhirnya saya sama keluarga ke vihara ini selain mau doa juga sekalian lihat patungnya, tenyata menakjubkan," ungkapnya.

Pendiri Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat, Ade Utju Danu (54) mengaku saat hari raya besar waisak, banyak umat yang datang tidak hanya dari Bogor saja seperti dari daerah Jakarta, Bekasi dan Tangerang.

Sumber

Comments