JALUR PURBA SEMERU & JEJAK MASA LALU Episode 10

Aku berfikir saat itu kiranya ada rombongan pendaki yang datang malam2 mau naik Mahameru, fikirku pada tengah malam begini.

Betapa senang hatiku pada saat itu ada teman nantinya bisa diajak ngobrol dan ngopi bersama jadi ramai disini dikaki gunung yang sunyi ini.



Makin dekat suara derap langkah kaki dan suara orang pada geremengan itu terdengar semakin tambah jelas kudengar ditempat posisiku duduk dibawah brak seng.
Lama kutunggu kehadiran para pendaki itu, akan tetapi koq tidak tampak samasekali kilatan sorot cahaya lampu senter dan tak satupun ada orang yang muncul dan terlihat didepanku, apalagi rombongan pendaki yang jelas2 suaranya terdengar dari arah bawah jalur pendakian.....'

Tapi yang kudengar saat itu didalam gelap hanyalah derap langkah kaki begitu banyak melewatiku dan terus naik kejalur pendakian Mahameru.
Aku terkesiap dan merinding sangat jelas kudengar langkah itu seakan berbaris melangkah melewati brak seng, dimana aku duduk bersila dibawahnya.

Aku terhenyak dan sangat terkejut sekali saat itu karena samar2 dalam gelapnya hutan mataku melihat rombongan orang/pendaki yang lewat itu tampak semua tanpa kepala dan tidak membawa apa2 seperti ransel/carier yang biasanya dibawa setiap pendaki bila naik gunung.

Bagai terhipnotis aku hanya mampu menatap dengan mata terbelalak diam tak bergeming, detak jantungku berdegub kencang bulu kudukku merinding luar biasa, mulutku tanpa bisa bersuara rasanya tercekat tenggorokanku, aku tak mampu bergerak tubuhku lemas lunglai, entah wajahku pucat atau apa....' menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan itu didepan mataku.
Melihat rombongan orang berjalan semua tanpa kepala melewati jalur pendakian mengarah kepuncak Mahameru, dengan nafas masing2 terdengar berat dari suara mereka yang mendaki.
Seiring sampai rombongan dibelakang yang terakhir lewat terdengar ringkikan suara seorang wanita iiihhihihihi... iiihhihihihiii... iiihhihihihiii... nyaring dengan ritme mendayu2 dan semakin lama semakin hilang menjauh ditelan gelapnya malam mencekam dan diringi ledakan Jonggring Saloko menggelegar lagi dipuncak gunung.

Hening suasana sunyi kembali dan aku baru tersadar ketika salah seorang teman terdengar mengigau dan aku menepuk tubuhnya, lalu aku bergerak bergeser merapatkan tubuhku yang lemas disela kedua temanku yang tertidur pulas dalam hening malam yang semakin mencekam.
Sesekali masih kudengar jelas suara langkah kaki berat yang mondar mandir diatas gundukan tanah di belakang brak seng, seakan mengitari lokasi itu. Beberapa kali aku mendengar langkah berat kadang mendekat disekitar dekat brak seng, kadang langkah itu menjauh.
Aku semakin merapatkan tubuhku diantara kedua teman yang tidur lelap dan suara2 langkah kaki itu lambat laun hilang lenyap hening sunyi kembali.
Salam Rimba.....

-------> Bersambung Episode XI

Comments