Bukit Tangkiling dan Batu Banama dengan Sejuta Legenda

Bukit Tangkiling merupakan bukit batu, banyak batu berukuran besar yang terdapat di lokasi ini. Salah satunya adalah Batu Banama yang berbentuk seperti perahu besar. Ada legenda yang dikaitkan dengan Batu Banama ini.



Dalam kisah legenda tersebut, dahulu batu itu memang merupakan sebuah perahu, yang pernah melakukan pelanggaran maka dikutuk menjadi batu. Bukit Tangkiling yang tingginya kurang lebih 500 meter ini dipercaya menyimpan berjuta legenda dan kekuatan magis.



Bukit Tangkiling berada di Jl. Tjilik Riwut Km 32 arah luar kota, Palangka Raya. Bukit Tangkiling terletak tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Palangka Raya dengan Kasongan (ibukota Kabupaten Katingan), Kalimantan Tengah. Jarak dari pusat Kota Palangka Raya kurang lebih 34 Km, atau dapat ditempuh kurang dari 30 menit.



Untuk memasuki areal kaki bukit, dari Kelurahan Banturung harus menempuh jarak 1600 m lagi. Jangan dibayangkan kesulitan medan yang harus dilintasi menuju kaki bukit, karena bukan lagi jalan setapak, tapi jalan beraspal yang sesekali tergenang air bila hujan turun lebat. Kesulitan, baru terasa setelah berada di punggung bukit, jalan menanjak dan terjal terhampar di depan mata. Perlu waktu kurang lebih 40 menit untuk mencapai puncaknya.


Di puncak bukit juga terdapat beberapa pedagang yang menjajakan makanan dan minuman ringan jadi jangan takut kalau kehausan maupun kelaparan. :D

















Legenda Bukit Tangkiling

Pada jaman dulu, di satu kampung hiduplah seseorang ibu yang tinggal berbarengan anak lelakinya. Disuatu hari, sesudah sepanjang hari bermain anaknya terasa lapar serta ia juga pulang ke tempat tinggal untuk makan.

Waktu itu ibunya tengah memasak. Lantaran tak sabar, anaknya selalu merengek minta makan. Mendengar rengekan anaknya yang makin menjadi-jadi, pada akhirnya habislah kesabaran ibunya, serta tanpa ada sadar karena sangat jengkelnya ibunya memukul kepala anaknya memakai ” suduk ” (semacam sendok untuk menggoreng) sampai kepalanya berdarah. Memperoleh perlakuan ” kejam “, sang anak juga menangis sedih serta lari keluar tempat tinggal, dia terasa ibunya telah tak menyayanginya lagi.

Ibunya juga menyesal serta berupaya menguber anaknya, namun anaknya tetaplah lari sampai ke satu dermaga. Di dermaga itu ada satu kapal dari negeri Cina yang tengah berkunjung untuk jual keramik di kampung itu. Anak itu juga lantas lari masuk kapal serta bersembunyi dibawah geladak kapal itu. Sedang ibunya selalu mencari anaknya sampai ke penjuru kampung, namun masih tetap tak menemukannya.

Sesaat diatas kapal, sesudah bongkar muat di dermaga usai, jadi kapal juga menambah sauh serta kembali berlayar ke negeri Cina. Di dalam perjalanan, si anak tadi diketemukan oleh kapten kapal yang juga saudagar kaya, lalu di tanyai kenapa dapat ada di situ. Dengan polosnya si anak menceritakan kalau ibunya memukul kepalanya serta berasumsi telah tak sayang lagi pada dianya. Lantaran mareasa iba, saudagar itu mengajaknya naik ke atas lantas menjaga lukanya sampai pulih. Lantaran saudagar tadi tak mempunyai keturunan, jadi anak itu juga diangkat jadi anaknya serta dinamakan ” Tan Kin Lin “.

Mulai sejak kepergian anaknya, sang ibu yang telah tak bertemumi ini kembali masuk ” Kuwu ” atau ” Bakuwu ” (melakukan sistem pingitan). Oleh karena itu jadi dalam beragam versus legenda Bukit Tangkiling kadang-kadang menyebutkan si ibu tadi dengan sebutan Bawi Kuwu (Wanita Pingitan).

Tidak merasa th. untuk th. sudah berlalu, anak kecil dari pedalaman suku Dayak Ngaju yang memperoleh marga Tan dari bapak angkatnya seseorang saudagar Cina, pada akhirnya tumbuh jadi seseorang pemuda yang gagah serta tampan. Demikian lama bekerja di negeri Cina serta ia jadi keyakinan sang saudagar, Tan Kin Lin juga ajukan diri untuk berlayar serta berdagang dari pulau ke pulau mengarungi lautan serta samudra, sampai satu saat tanpa ada diakui Tan Kin Lin juga berkunjung di kampung tempatnya berasal.

Waktu mereka berkunjung ke kampung itu, datanglah seseorang wanita cantik yang oleh beberapa orang kampung di panggil dengan sebutan Bawi Kuwu, membawa beberapa barang untuk dibarter dengan beberapa barang dagangan Tan Kin Lin dari negeri Cina. Tan Kin Lin kagum lihat kecantikan wanita tadi, ia juga segera jatuh cinta pada wanita itu serta dengan selekasnya ia juga melamarnya, wanita itu juga terima lamarannya tetapi ia mengaku kalau ia bukanlah gadis serta ia pernah menikah terlebih dulu. Untuk Tan Kin Lin hal semacam ini tidaklah permasalahan jadi ia tetaplah pada keputusannya untuk menikah dengan wanita yang bergelar Bawi Kuwu itu.

Singkat narasi, setelah menyelenggarakan pesta pernikahan besar-besaran, Tan Kin Lin tak selekasnya pergi berlayar tetapi mengambil keputusan untuk berbulan madu dulu diatas banamanya yang berlabuh di pelabuhan kampung. Waktu tengah bermesraan diatas banama, Tan Kin Lin yang memiliki rambut panjang memohon isterinya mencari kutu di kepalanya. Waktu rambut Tan Kin Lin terurai terungkaplah sisa luka di kepalanya, Bawi Kuwu juga terperanjat lihat sisa luka itu lantas bertanya asal-usul sisa luka itu.

Tan Kin Lin juga bercerita bagaimana ia menadapat sisa luka itu serta cerita perjalanan hidupnya sampai jadi anak angkat saudagar Cina. Jadi terkejutlah Bawi Kuwu, lantas pingsan sesudah berkata kalau Tan Kin Lin yaitu anak kandungnya. Sesudah momen itu, Tan Kin Lin lari masuk rimba, sesaat Bawi Kuwu yang nyatanya ibu kandungnya sendiri tak berani turun dari banama lantaran malu pada warga kampung.

Untuk menebus dengan cara kebiasaan pelanggaran pali (tabu) yang sudah dikerjakan, Tan Kin Lin masuk ke rimba untuk berburu babi rimba serta kijang yang bakal jadikan hewan kurban untuk penebusan kekeliruannya. Sesudah sukses membawa pulang buruan, Tan Kin Lin menyatukan semua warga kampung menghadiri pesta penebusan dosa tabunya.

Mendadak, di waktu pesta tengah berjalan Raja Pali (Dewa Kilat) atas perintah Raja Tuntung Matanandau (Dewa paling tinggi) kirim kilat/petir untuk menghukum Tan Kin Lin atas pelanggaran pali. Tan Kin Lin berbarengan ke enam pengawalnya basaluh (beralih) jadi batu. Demikian halnya banama yang berlabuh di pelabuhan kampung beralih jadi batu sesaat Bawi Kuwu terkurung hidup-hidup didalam batu yang lalu di kenal dengan nama Batu Banama. Oleh orang-orang sekitaran bukit tempat di mana Batu Banama itu ada dimaksud Bukit Tangkiling (dampak dialek orang-orang setempat dalam membunyikan kata tan kin lin beralih jadi tangkiling)

Cerita Bawi Kuwu
Nyatanya legenda Bawi Kuwu yang cantik jelita terkurung dalam Batu Banama belum selesai. Konon diceritakan mulai sejak dulu Bawi Kuwu miliki ketrampilan menjahit baju. Untuk beberapa orang yang yakin hal gaib bakal memasukkan kain dalam satu diantara celah di segi samping Batu Banama, lalu dengan cara ajaib baju yang telah terjahit bakal keluar dari celah itu.

Tetapi satu saat, ada orang Bakumpai (suku Dayak Bakumpai) yang penasaran menginginkan lihat Bawi Kuwu yang beritanya cantik serta pandai menjahit itu. Dipancingnya Bawi Kuwu dengan sepotong kain untuk keluarkan tangannya dari celah itu. Demikian tangan Bawi Kuwu terjulur dari celah, disambarnya tangan wanita itu.

Tetapi Bawi Kuwu tetaplah juga tidak bisa diseret ke luar. Karena sangat jengkelnya, orang Bakumpai tadi menghunus parangnya, serta memancung tangan Bawi Kuwu. Mulai sejak waktu itu, celah itu tertutup, serta Bawi Kuwu yang telah buntung tangannya itu tidak lagi ingin melayani jahitan baju seperti awal mulanya.

Penilaian penulis, situasi di Batu Banama memanglah penuh aura ” mistis “, hal semacam ini semakin diperkuat dengan berdirinya sebagian ” Pasah Patahu ” atau rumah-rumahan kecil tempat meletakan sesajen berbentuk makanan, minuman atau rokok, yang di bangun di sekitaran Batu Banama.

Saat penulis masihlah kanak-kanak, pernah ada narasi serombongan remaja yang berwisata di sekitaran Batu Banama mendadak jadi ramai serta cemas lantaran sebagian orang rekannya yang mendadak kesurupan, nyatanya mereka sudah berbuat ” usil ” mengambil makanan dari Pasah Patahu yang ada di sekitaran Batu itu sembari bergurau/bercanda menantang ” mereka yg tidak tampak “. Konon menurut narasi dari mulut ke mulut, sebagian diantara mereka mesti dirawat dirumah sakit jiwa di Kayu Tangi, Banjarmasin akibat tingkahnya itu.


Comments