🎁 Spesial buat pengunjung Idblogpacker, akan ada yang spesial dalam 5 detik...

Menyusuri Makam Belanda Peneleh Surabaya

PENELEH merupakan salah satu kawasan asli Kota Surabaya. Nama Peneleh lahir di zaman Kerajaan Singosari. Asal kata “peneleh” berasal dari lokasi ini yang dahulunya merupakan tempat bersemayamnya pangeran pilihan (pinilih), putra Wisnu Wardhana yang memiliki pangkat setara dengan bupati. Pangeran tersebut kemudian diangkat menjadi pemimpin di daerah yang berada antara Sungai Pegirian dan Kalimas ini. Kawasan Peneleh sendiri merupakan salah satu bagian sejarah Kota Surabaya karena di dalamnya memiliki beberapa peninggalan bersejarah diantaranya masjid kuno Peneleh, rumah HOS Cokroaminoto (tempat proklamator Ir. Soekarno tinggal pada saat beliau bersekolah), perkampungan tua, Pasar Peneleh (salah satu tempat di Jawa dimana saat itu buah anggur dapat dibeli) serta Makam Peneleh yang merupakan salah satu makam tertua di Jawa Timur.

Makam Peneleh, merupakan sebuah komplek pemakaman yang dibangun tahun 1814 dan menempati areal seluas 4,5 hektare. Meskipun kondisinya saat ini sangat kumuh dan memprihatinkan, namun masih menyisakan sisa-sisa eksotisme masa lalu. Banyak hal yang bisa digali di dalamnya. Detail ornamen berlanggam gothic dan doric, patung-patung berkarakter Romawi (meskipun sebagian besar sudah tidak dalam kondisi utuh) hanyalah sebagian kecil dari keindahan masa lalu yang masih bisa ditelusuri. Kisah hidup mereka yang meninggal bisa ditemukan di prasasti batu marmer ataupun besi cor.



Makam salah seorang presiden perusahaan VOC yang memiliki papan dari pinus India merupakan salah satu di antaranya. Beberapa jejak sejarah penting yang masih bisa ditelusuri antara lain, kuburan Gubernur Jenderal Pieter Merkus, satu-satunya pejabat tertinggi di Hindia Belanda yang dimakamkan di Peneleh. Gubernur Jenderal ini meninggalkan teka-teki di akhir hidupnya. Dia merupakan satu-satunya pejabat tertinggi negeri ini (saat itu) yang meninggal pada saat menjabat.

Pilihannya untuk pindah ke Surabaya pada saat sakit masih menjadi tanda tanya. Pejabat ke 47 ini lahir di Naarden, 18 Maret 1787 dan meninggal pada 2 Agustus 1844 pada umur 57 tahun. Prasasti di atas makam Merkus yang berusia hampir 170 tahun masih jelas terbaca. Prasasti tersebut berbahasa Belanda yang jika diartikan berbunyi : Paduka yang mulia Pieter Merkus, komandan pasukan tempur Hindia, veteran perang Prancis, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, memimpin tanah dan laut harapan Tuhan dan lain-lain. Beliau wafat di Simpang Huis (Istana Simpang atau Grahadi) 2 Agustus 1844. Menurut salah satu ahli waris pemuka Belanda yang dimakamkan di Peneleh itu, Rob van de Ven Renardel, keputusan Merkus di akhir hayatnya menimbulkan teka-teki di Sejarah Belanda.




Merkus, kata Rob, yang saat itu tinggal di Batavia memutuskan tinggal di Istana Bogor ketika sakit. “Namun ketika kesehatannya makin buruk dia memilih tinggal di Istana Simpang di Surabaya,” kata Rob dalam Majalah Monsun, edisi 10 April 1999. Perjalanan di Batavia-Surabaya yang melelahkan hampir sepekan itu justru membuat sakitnya bertambah parah. Ada dugaan Merkus ingin beristirahat sehingga memilih kota panas. Namun ada pandangan lain yang menyakini bahwa Merkus disingkirkan dari kekuasaan dan diasingkan oleh Belanda karena dianggap tidak loyal. Selain Merkus masih banyak tokoh-tokoh penting lain yang dimakamkan di sini seperti Pendeta pioner Ordo Yesuit di Surabaya, Martinus van den Elsen, yang berada di seberang pintu masuk. Makam puluhan biarawati Jalan Ursulin (Jl Darmo). Komandan perang Indochina, Neubronner van der Tuuk. Bahkan ada pula kuburan Rambaldo, orang pertama yang menjadi penerbang di Hindia. Makam arsitek Jembatan Porong, Ibrahim Simon Heels Berg hingga makam Wakil Kepala Mahkamah Agung, PJN de Perez. Namun kondisi komplek pemakaman yang tidak terawat menimbulkan keprihatinan tersendiri. Sisa-sisa makam dan prasasti yang berserakan, lingkungan kumuh merupakan sedikit gambaran kondisi makam saat ini. Memang, kompleks ini merupakan makam orang-orang Belanda, namun apa yang ada di dalamnya merupakan sebuah bukti yang bisa menjadi benang merah sejarah keberadaan Kota Surabaya. Sebuah pekerjaan rumah bersama yang harus segera dicari solusinya oleh semua komponen masyarakat Surabaya.

Bagian dalam makan yang sudah bolong.


Foto-foto lainnya dari Makam Belanda Peneleh

















Saya juga menangkap gambar penunggu salah satu makam di peneleh ini..


Saksikan videonya suasana klasik makam peneleh surabaya.

Share:

Filosofi Mendaki Sebuah Gunung

Jika kau ingin tahu lebih jelas mengenai sifat asli orang-orang dekatmu, ajaklah ia mendaki gunung. Di atas sana, kau akan menemukan bahwa kau tidak bisa menyembunyikan karakter aslimu. Kau akan menjadi dirimu sendiri, sepenuhnya.

Jika kau egois, maka di atas sana kau akan egois. Jika kau penakut, maka di atas sana kau pun akan banyak diam. Jika kau pengeluh, maka kau tidak akan berhenti mengeluh sepanjang perjalanan. Dari situlah kita akan semakin tahu kekurangan dan kelebihan diri masing-masing, dan kemudian kita bisa saling introspeksi diri.

Mendaki gunung tidaaklah jauh berbeda dengan kehidupan. Sesuatu yang kita lewati seperti tanjakan yang terjal, hingga kita hampir2 menyerah, terkadang juga kita menyusuri jalanan di tepi jurang, harus hati2 melangkah karena jika tidak berhati2 bisa terpeleset. ketika terpeleset mampukah kita melanjutkan perjalanan, atau memilih mundur dan turun untuk selanjutnya pulang. Terkadang melewati turunan yang curam, kadang juga hanya padang ilalang datar ratusan meter. kadang kita harus berhenti untuk melepas lelah setelah perjalanan panjang.

Seperti halnya hidup, ketika menempuh perjalanan kita banyak mengeluh karena capek atau hanya menikmati saja pemandangan sekitar. itu semua adalah pilihan. dengan jalur yang sama, beban yang sama, sikap pendaki satu dengan yang lain tentu akan berbeda. beratnya beban di punggung adalah bekal kita. tidak murah memang segala bekal kita namun sangat sepadan dengan apa yang akan kita nikmati selama mendaki gunung.

Sesekali kita membutuhkan orang lain untuk berpegangan ketika melewati titian. terkadang kita harus mempercayakan nyawa kita kepada teman kita ketika kita perlu memanjat bagian gunung berupa tebing yang curam. sesekali kita membutuhkan teman kita untuk memasang tenda. sesekali kita membantu merawat teman yang sakit atau cidera dalam pendakian. kadang kita mebawa bekal yang "wah", chicken nugget, baso, sayuran impor, sosis, jeruk mandarin, minuman bersoda dan berwarna, dsb, sleeping bag isi bulu angsa, sepatu trek dengan harga lumayan wah, dsb. terkadang pula kita hanya membawa daypack isi raincoat sobek, roti yang sedikit basi,  snack ringan dengan beralas kaki sandal jepit puluhan ribu rupiah, serta tenda yang berlubang bahkan tanpa tenda.
Di gunung kita butuh perssiapan yang matang, dengan segala resiko yang ada.

Di gunung kita hanyalah penumpang, numpang lewat, numpang nge-camp, numpang buang air. sering terjadi hal2 di luar akal sehat dan logika ketika kita tidak mengindahkan "tata krama" di gunung. disadari atau tidak, percaya atau tidak, hukum sebab akibat, karma dan samsara, berlaku sebagaimana kehidupan sehari2. bagaimana kita mempatkan diri di gunung, terhadap penduduk setempat, terhadap pepohonan, sungai, satwa, dan sebagainya merupakan gambaran bagaimana kita hidup sehari2. bagaimana perilaku seseorang di gunung adalah perilaku sesungguhnya dia di kehidupan sehari2nya.

Dalam suatu perjalanan hidup, cita-cita terbesar adalah menuju kesempurnaan. Terkadang hidup itu penuh dengan halangan dan rintangan , serta belajar menggali segala rahasia kehidupan. Perjalanan menuju cita-cita adalah proses yang menentukan setiap langkah kita. Setiap nafas serta detak jantung kita. Setiap manusia mempunyai hak sama dalam memanfaatkan waktu dan dalam pengambilan keputusan akan dibawa kemanakah hidup kita ini . Hal ini berbanding lurus dengan pengalaman yang sudah saya rasakan saat mendaki gunung. Hidup ini merupakan proses pembelajaran menuju lebih baik dan memahami akan cinta yang Tuhan berikan buat manusia di dunia ini.

Mendaki Gunung pasti tidak lepas dari pencapaian puncak, yang namanya puncak adalah pencapaian atau prestasi tertinggi yang diraih seseorang di posisi ini biasanya akan lebih menghormati jerih payahnya dalam perjalanan menuju titik ini dan disini orang akan melihat jerih payahnya dan bisa mengambil manisnya kehidupan .

Didalam pendakian memang puncak bukanlah tujuan sebenarnya akan tetapi disini tolak ukur perjuangan seorang pendaki dikatakan berhasil dimana seorang pendaki bisa sampai pada titik terakhir yaitu puncak . Di titik ini biasanya seorang pendaki disuguhi hamparan samudra awan serta melihat khatulistiwa dan seorang pendaki akan menengok kebawah untuk melihat alan pencapaian puncaknya .

Didalam kehidupan sebenarnya seseorang yang sudah mendapatkan posisi tertinggi dalam hidupnya biasanya akan menengok kebawah perjalanan panjang dalam kehidupan sebagai rasa bangga kepada diri sendiri yang sudah susah payah dalam perjalanan panjangnya sehingga bisa ada di titik ini . Di titik ini kita tak boleh terlena atas pencapaian ini akan tetapi sebenarnya kita harus sadar kita tak boleh berlama lama karena sesungguhnya titik terakhir itu adalah alam yang lain .

Akhir kata

Dan di atas sana, di tengah-tengah angin yang menderu-deru, di antara jurang yang berujung kelam, omong kosong kalau kau tidak bicara tentang Tuhan. Kau akan menyadari seberapa kecil dan lemahnya dirimu di tengah hamparan alam semesta.

#JustDream for  #MyMotivation

Source: Dari berbagai sumber.
Share:

Refressing di Puncak Kop-kopan Lereng Welirang

Meninggalkan suasana kota yang hiruk pikuk, bersama para siswa dan siswi SMK St. Louis Surabaya bersama himpunan pecinta alam st.louis melakukan kegiatan outdoor di kawasan kop-kopan gunung welirang, perjalanan di mulai pada sore hari hingga tengah malam dan dilanjutkan pagi hari. Kegiatan tersebut sebagai sarana pembelajaran di alam terbuka sebagai salah satu bagian dari pembentukan karakter siswa yang di harapkan dapat menjadi pribadi yang baik, pribadi yang kompak dimana di ajarkan tentang bagaimana pentingnya kerjasama, saling tolong menolong. Mumpung pagi masih sepi saatnya untuk kembali menjadi seorang selfie'ers mania.. :D





Share:

Mengenang 10 Tahun SDK Kanisius Kerug Munggang

Pada tahun 2013 yang lalu saya sempat penasaran dengan kondisi bangunan Sekolah Dasar Kanisius di Kerug Munggang karena sekian lama kosong dan tidak ada yang merawat daan bisa dilihat DISINI.
Namun baru kemarin setelah hampir 2 tahun saya mencoba untuk mengabadikannya melalui sebuah video, karena menurut saya bangunan tersebut termasuk bangunan yang bersejarah bagi warga sekitar dan sangat dissayangkan jika suatu saat bangunan tersebut hilang.
Seandainya saja bangunan tersebut bisa menjadi aset di wilayah kerug mungkin akan bisa bermanfaat bagi warga sekitar yang ingin menggunakannya.

Angkatan terakhir yang bisa sekolah hingga tamat adalah angkatan tahun 2004 dan setelah itu semua siswa di pindah ke sekolah swasta yang lebih jauh. Hingga kini bangunan tersebut masih berdiri kokoh meskipun sudah banyak yang lapuk dan kurang terawat.

Yuk kita kenang kembali SDK Kerug yang dulu sempat berjaya pada masanya.


Share:

Menyusuri Bangunan Gereja Ayam di Bukit Rhema

Ada sebuah bangunan unik yang berada di Bukit Rhema Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Magelang, Bangunan ini dikenal sebagai Gereja Ayam atau Chicken Church, menurut istilah Bahasa Jawa juga dikenal sebagai Banyak Angkrem. Lokasi bangunan ini tak jauh dari Candi Borobudur hanya sekitar 3 Km dari pasar borobudur.

Gereja Ayam sering menimbulkan keingintahuan orang karena bentuk yang unik dan lokasinya yang berada di puncak bukit, di tengah-tengah desa. Konon menurut pendirinya, Daniel Alamsjah, bangunan ini bukanlah gereja, melainkan hanya tempat untuk berdoa bagi siapa pun. Awalnya juga tidak dimaksudkan berbentuk ayam raksasa, melainkan merpati.

Bangunan berbentuk ayam ini mulai dibangun pada tahun 1990 tetapi kemudian dihentikan pada tahun 2000. Setelah itu bangunan ini terbengkalai dan lambat laun menjadi tak terurus. Setelah beberapa tahun tak ada yang mengetahui keberadaan bangunan ini kecuali penduduk sekitar, beberapa orang kemudian “menemukan” kembali bangunan ini dan mengunggahnya di media sosial tanpa keterangan yang memadai sebab memang saat itu fungsi bangunan ini tak diketahui.

Lambat laun bangunan ini menimbulkan spekulasi dan akhirnya menjadi semacam misteri untuk dipecahkan. Bangunan ayam ini terdiri dari dua lantai. Lantai dasar terdiri dari beberapa ruangan kecil sedang lantai di atasnya digunakan sebagai tempat berdoa. Karena terbengkalai, bangunan ini sedikit tidak terawat dan hanya dijadikan tempat wisata bagi para wisatawan.

Saya pun termasuk orang yang penasaran dengan bangunan tersebut dan sewaktu liburan kemarin saya menyempatkan diri untuk mencoba menjelajah bangunan tersebut, sampai di bangunan tersebut ternyata sudah mulai di renovasi kembali oleh pemiliknya, sehingga pastinya lambat laun semakin ramai orang yang mengunjungi maka pasti akan dikenakan biaya, dan untuk bisa naik ke puncak bangunan dikenakan biaya 5000 rupiah serta parkir sebesar 3000 rupiah.

Berikut suasana terbaru bentuk bangunan setelah di renovasi dan dibersihkan.

Badan bangunan

Mulut bangunan

view dari mulut ayam.. :D



Nemu tangga jd bisa poto2 di atas badan bangunan


Suasana dalam bangunan

Share: