Kecintaan Watimin seseorang pengelana yang berumur 36 tahun terhadap tanah air patut diacungi jempol. Warga asal Cilacap, Jawa Tengah, itu keliling Indonesia dengan jalan kaki sambil membawa bendera Merah Putih, serta spanduk bertuliskan NKRI Harga Mati.
Panas terik matahari serta debu jalanan tak membuat Watimin mengurangi kecepatan langkah kakinya. Beralaskan sendal jepit berwarna, tangan kanan memegang batang bambu dengan bendera merah putih di ujungnya. Tas ransel besar disandang yang dihiasi pernak-pernik berupa bendera hingga sepanduk bertuliskan NKRI Harga Mati. Lelaki berpeci hitam itu terlihat mantap menapaki jalanan beraspal.
Watimin sudah berjalan kaki sejak tanggal 17 Agustus, tahun 2016 lalu. Rutenya berkeliling Indonesia. Tujuannya, mengingatkan pentingnya Pancasila kepada masyarakat dan menyatakan bahwa NKRI adalah harga mati.
Suatu kebanggan kemarin bisa bertemu Watimin di jalan utama di Banjarmasin, sebelumnya, juga sudah menjelajahi Pontianak, Aceh dan Makassar.
Menurut ceritanya, hatinya merasa miris melihat generasi sekarang yang seakan tak peduli dengan keadaan Indonesia.
"Saya melihat Indonesia sekarang sedang sakit. Sakit karena perilaku generasinya yang belum bisa menerima perbedaan,"
Menurut Watimin, Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pedoman dalam bermasyarakat seakan dilupakan begitu saja. Terlebih pada generasi mudanya yang selalu saja mudah tersulut emosi dalam menyikapi segala permasalahan. "Sedikit-sedikit selalu diarahkan pada adanya perbedaan. Berbeda keyakinan didemo, berbeda pendapat juga didemo."
Semangat keindonesiaan yang dimiliki generasi muda pun menurut Watimin kian terkikis. Bahkan, seakan menjadi bahan olok-olokan saja. Sebagai contoh, Watimin mengibaratkan dengan begitu mudahnya seseorang diberi gelar sebagai Duta Pancasila.
Sementara, hampir semua masyarakat Indonesia tahu apa yang dilakukan bersangkutan. "Menyaksikan hal itu, saya hanya bisa berdoa dan optimis bahwa ke depan Negara ini bisa lebih baik," ungkapnya.
Watimin berharap, dengan berjalan kaki berkeliling Indonesia untuk mengingatkan kepada masyarakat yang ditemui tentang pentingnya Pancasila serta Indonesia. Ia bisa memberikan keyakinan lebih kepada masyarakat agar tak cepat terprovokasi hanya karena persoalan sepele.
"Indonesia, tak boleh tercerai-berai, NKRI Harga Mati," ucapnya, sambil mengepalkan lengan kanannya ke atas, bak Mahasiswa yang dengan lantang berorasi.
Perjalanan Watimin dalam mengkampanyekan Pancasila serta Indonesia, tentu tak mudah. Watimin seringkali menerima caci maki dari orang-orang yang ditemuinya. Bahkan tak jarang disangka orang yang tak waras. "Ya mau bagaimana lagi. Saya hanya berusaha dan menyikapi hal yang kurang berkenan dari orang-orang dengan tersenyum," ungkapnya.
Lantas, bagaimana Watimin bisa bertahan hidup serta menjalani hari-harinya selama di perjalanan? Watimin mengungkapkan bahwa support dari keluarga serta orang-orang di daerahnya membuat ia mampu bertahan.
"Salah satunya, Paguyuban Ngapak Cilacap Jawa Tengah," ungkapnya, sambil menunjukkan tulisan di kaos hitam yang dipakai.
Watimin tak punya target waktu terkait kapan perjalanannya akan selesai. Ia mengatakan hanya akan terus berjalan hingga seluruh wilayah di Indonesia sudah dijajaki. "Semoga dengan cara seperti ini, saya bisa menumbuhkembangkan semangat generasi muda untuk lebih mencintai Indonesia,” tuntasnya.
Sukses buat perjalanannya dan saya hanya bisa memberikan jempol yang luar biasa, semoga lancar dalam setiap perjalanan berikutnya dan tanpa lelah memberikan semangat untuk generasi-generasi muda.
Comments
Post a Comment