Yogyakarta - Kelompok mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan alat untuk memotong dan mencetak makanan tradisional slondok secara otomatis.
"Alat itu akan memudahkan pengusaha slondok dalam memproduksi makanan tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) tersebut," kata koordinator kelompok Rahmad Nur Hidayat di Yogyakarta, Minggu.
Dengan alat itu, menurut dia, tidak hanya menstabilkan bentuk slondok yang dibuat, tetapi juga memudahkan dan mempercepat proses produksi slondok yang merupakan makanan yang termasuk digemari masyarakat.
"Alat itu tidak banyak memakan ruang dan mudah dipindahkan, karena beratnya hanya 25 kilogram, dan dimensi keseluruhan alat 650x340x640 cm. Selain itu, perawatannya juga cukup mudah," katanya.
Ia mengatakan, dengan sumber tegangan AC 110/220 V 50 Hz, alat yang diberi nama Hytima itu mampu mengolah sebanyak 3.600 gram adonan per jam menjadi bentuk ring.
"Banyak pengusaha slondok yang tersebar di wilayah DIY dan Jateng, tetapi pembuatannya masih menggunakan cara konvensional yang membutuhkan waktu yang lama, dan tidak efisien. Alat itu adalah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut," katanya.
Menurut dia, latar belakang pembuatan alat itu karena kelompoknya melihat proses pembuatan slondok yang masih konvensional, sehingga membutuhkan waktu yang lama.
"Proses pembuatan slondok sangat tidak efisien apalagi bentuk yang dihasilkan berbeda-beda karena dalam proses pembentukan menjadi semacam ring masih secara manual, yakni dengan menggunakan tangan," katanya.
Ia mengatakan, pengembangan alat untuk memotong dan mencetak slondok secara otomatis itu didanai Hibah Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG) DIY.
"Alat itu diharapkan dapat membantu proses produksi slondok terutama bagi para pengusaha di daerah `home industry` Kalibawang, Kulon Progo, DIY, yang masih aktif memproduksi makanan yang terkenal dengan rasa gurih tersebut," katanya.
Anggota kelompok mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) antara lain Yuliani, Tika Novita Sari, dan Amalia Ima Nur Jayanti. (B015/M008)
sumber: m.antaranews.com
"Alat itu akan memudahkan pengusaha slondok dalam memproduksi makanan tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) tersebut," kata koordinator kelompok Rahmad Nur Hidayat di Yogyakarta, Minggu.
Dengan alat itu, menurut dia, tidak hanya menstabilkan bentuk slondok yang dibuat, tetapi juga memudahkan dan mempercepat proses produksi slondok yang merupakan makanan yang termasuk digemari masyarakat.
"Alat itu tidak banyak memakan ruang dan mudah dipindahkan, karena beratnya hanya 25 kilogram, dan dimensi keseluruhan alat 650x340x640 cm. Selain itu, perawatannya juga cukup mudah," katanya.
Ia mengatakan, dengan sumber tegangan AC 110/220 V 50 Hz, alat yang diberi nama Hytima itu mampu mengolah sebanyak 3.600 gram adonan per jam menjadi bentuk ring.
"Banyak pengusaha slondok yang tersebar di wilayah DIY dan Jateng, tetapi pembuatannya masih menggunakan cara konvensional yang membutuhkan waktu yang lama, dan tidak efisien. Alat itu adalah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut," katanya.
Menurut dia, latar belakang pembuatan alat itu karena kelompoknya melihat proses pembuatan slondok yang masih konvensional, sehingga membutuhkan waktu yang lama.
"Proses pembuatan slondok sangat tidak efisien apalagi bentuk yang dihasilkan berbeda-beda karena dalam proses pembentukan menjadi semacam ring masih secara manual, yakni dengan menggunakan tangan," katanya.
Ia mengatakan, pengembangan alat untuk memotong dan mencetak slondok secara otomatis itu didanai Hibah Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG) DIY.
"Alat itu diharapkan dapat membantu proses produksi slondok terutama bagi para pengusaha di daerah `home industry` Kalibawang, Kulon Progo, DIY, yang masih aktif memproduksi makanan yang terkenal dengan rasa gurih tersebut," katanya.
Anggota kelompok mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) antara lain Yuliani, Tika Novita Sari, dan Amalia Ima Nur Jayanti. (B015/M008)
sumber: m.antaranews.com
Comments
Post a Comment