Generasi Anak Indonesia |
Mulai dari pemerintah - sekolah - keluarga - dan lingkungan masyarakat harus bisa mengawasi, mengarahkan tindakan pelajar yang bakalan merusak masa depan bangsa.
Kadang kita melihat pernyataan konyol dari orang tua " kamu masih kecil jgn ikut2 bapak merokok " bagaiamana si anak mau mendengarkan kalau orang tua sendiri juga merokok.
Jika dari kecil sudah terbiasa merokok, pada saat besar nya akan cenderung bakalan naik tingkatan yang lebih besar yaitu narkoba.
Ironinya, mereka merokok di tempat umum saat masih mengenakan seragam sekolah dan orang disekitarnya pun tidak mempedulikannya.
Terkadang orangtua terlalu menyepelekan pergaulan anak. Mereka terlalu dipercayakan ke sekolah, padahal tugas sekolah hanya ketika mereka mengenyam pendidikan di sana. Sementara ketika pelajaran selesai, itu adalah tugas orangtua untuk mengawasi anaknya karena pengaruh pergaulan sangatlah besar dibandingkan dengan pelajaran di sekolah.
Seandainya rokok di Indonesia seharga Rokok di luar negeri sana, mungkin mereka akan beli kan uang saku mereka untuk beli minuman segar.
Harga rokok di indonesia bisa dibeli dari harga Rp.10.000 - 17.000/bungkus, Seharusnya pemerintah pusat mengeluarkan peraturan yang mengetatkan tata cara pembelian rokok.
Negara lain sengaja memberikan pajak mahal untuk penjualan rokok supaya rakyatnya mengurangi konsumsi rokok.
1.Irlandia - Rp 90.997.
2.Skotlandia - Rp 93.490
3.Islandia - Rp 94.362
4.Mauritius - Rp 103.000
5.Norwegia - Rp 146.000
6.Selandia Baru - Rp 221.153
Prinsip anak sekarang, katanya gak merokok gak keren.. keren dari mana ??
Setelah keluar dari sekolah, mereka nongkrong dan merokok di tempat umum tanpa ada rasa malu memakai seragam sekolah.
Salah satu contoh anak-anak merokok di dalam bus umum dari sekolah pada 12 Februari 2014 di Jakarta.
Coba anak siapa ini walaupun masih sd tetapi sudah seperti ini.
Mereka tidak ada yang merokok di sekolah. Mereka cenderung merokok ketika keluar dari sekolah. Walaupun banyak juga yang merokok secara sembunyi-sembunyi di WC sekolah atau bahkan malah didalam kelas secara terang-terangan.
Menurut data terbaru Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, 18,3 persen pelajar Indonesia sudah punya kebiasaan merokok, dengan 33,9 persen berjenis laki-laki dan 2,5 persen perempuan. GYTS 2014 dilakukan pada pelajar tingkat SLTP berusia 13-15 tahun.
Data perokok rata-rata masyarakat Indonesia (usia 15 tahun ke atas) adalah sekitar 30 persen, artinya dengan bertambahnya umur maka persentase perokoknya terus meningkat.
GYTS 2014 juga menunjukkan bahwa sebagian besar perokok pelajar tersebut masih merokok kurang dari lima batang sehari. Tapi, ternyata 11,7 persen perokok pelajar laki-laki dan 9,5 persen pelajar perempuan sudah mulai merokok sejak sebelum usia 7 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh (47,2 persen) pelajar perokok Indonesia ternyata sudah dalam status adiksi, atau ketagihan.
Comments
Post a Comment