Ibu Srianah bersama tiga buah hatinya saat menjajakan kue di Taman Merbabu, Malang |
Kehidupan Ibu Srianah (41) berubah berat ketika suaminya yang pengayuh becak & pekerja serabutan sakit stroke sekitar 4 tahun lalu. Kini setelah suaminya tak bisa bekerja, Srianah yang jadi tulang punggung keluarga.
Rute jualan bisa dibilang cukup lumayan jauh, namun, Srianah dan ketiga anaknya terlihat tegar. Sudah hampir dua tahun, wanita beralamat di Jalan Muharto Gang VI, Nomor 13, RT13/RW07, Kota Malang, itu berjualan kue. Semua dijalani setelah suaminya, Suwarno, terkena stroke sejak empat tahun belakangan ini.
Bermacam kue seperti roti goreng, aneka kue basah, dan minuman kemasan gelas, dibawa Srianah selama berjualan. Mulai ba’da isya, dia berjalan kaki dari tempat tinggalnya menyusuri jalanan protokol Kota Malang, yakni kawasan Pasar Besar, Alun-Alun, Kayutangan, Jalan Semeru, Bromo, hingga Taman Kunang-Kunang terletak di Jalan Jakarta.
Ibu Srianah bersama tiga buah hatinya |
Jika diukur perjalanan itu menempuh sekitar 15 kilometer dalam satu kali jalan. Saat dini hari, Srianah baru memutuskan pulang.
Srianah yang mendorong gerobak diikuti ketiga anaknya sesekali bersuara menjajakan kuenya. “Roti goreng,” teriak Srianah.
Seperti dilansir detik.com yang bertemu dengan Srianah menjelang tengah malam, Jumat (22/07). Saat itu Srianah bersama ketiga anaknya mangkal di kawasan Jalan Ijen.
Srianah mengaku tidak menyuruh ketiga anaknya ikut berjualan. Karena dia tahu, pagi anak-anaknya harus bersekolah di SD Negeri Kidul Dalem 2.
“Mereka ikut sendiri. Kalau saya mau berangkat, mereka sudah siap-siap. Mereka tetap ngotot (ikut),” ucap Srianah dikutip detik.com.
Apakah anaknya tidak capek ikut berjualan? Srianah mengatakan, meski capek, selama ini anaknya tidak pernah kapok ikut berjualan. Sebab, mereka merasa lebih bebas bermain sambil mendampingi ibunya.
Pernah juga ada satu anaknya yang tidak kuat berjalan. Maka, Srianah memasukkan anaknya itu ke dalam rombong.
Ibu Srianah bersama tiga buah hatinya |
Srianah tidak memungkiri keadaan ekonomi merampas kebahagiaan masa kecil anak-anaknya. “Saya tahu, mereka semestinya jam segini tidur. Tetapi saya heran, mereka lebih senang mendampingi saya berjualan,” kata Srianah seraya memeluk kedua putrinya.
Selama berjualan, ada beberapa titik mangkal Srianah. Dia menyempatkan berhenti agar ketiga anak-anaknya bisa melepas lelah sembari bermain. “Kalau ada yang capek, saya suruh tidur di dalam gerobak,” akunya.
Malam itu dingin menyergap. Namun sepertinya tidak terasa bagi Srianah. “Mereka hiburan dan semangat saya,” tutup Srianah sambil memandang anak-anaknya.
sumber: detik, jawapos, keprinet.com
Comments
Post a Comment